Cari Disini

Selasa, 29 November 2016

Ada Dimana Rejeki Kita?

Muridnya Pak Nas, pasti inget bahwa:
REJEKI KITA DITITIPKAN PADA KEBAHAGIAAN ORANG LAIN.
Ini berarti, jemputlah rejeki kita dengan cara membahagiakan orang lain.
Tau ga caranya gimana membahagiakan orang lain melalui 2 jempol kita ktika browsing fb? Bukan cuma dengan klik LIKE. Diantaranya ini nih...
- ketika ada temen buka status doa, jangan nyinyir "doa kok di fb, riya, harusnya habis sholat dan ga usah diliatin ke publik". Sssst.....Jika suka, like saja. Jika tidak suka, jangan dilike. Aaminkan dalam hati, biarkan dia memperoleh doa yg dia panjatkan.
- ketika ada temen curhat, jangan dinyinyirin, "curhat kok di fb, malu2in". Ssstttt... Dalam hati, doakan saja agar dia diberikan yang terbaik oleh Allah SWT. Doakan dia mendapatkan kebahagiannya.
- ketika ada temen mengumpat di fb, ga usah nyinyir "dasar ga ngerti, kok ga sopan di fb". Ssssstt.....Jika kuasa, tegurlah baik2, jangan ikut mengumpat balik. Sambil doakan agar dia mendapat hidayah, dilembutkan hatinya, dibahagiakan hidupnya.
- ketika ada temen posting artikel dakwah, ga usah nyinyir "ceramah melulu, dia juga belum tentu suci, dia dulu juga bgini begitu". Ssstttt.... Doakan saja semoga kita ditunjuki jalan yang benar. Jika apa yang disampaikan temen kita benar, semoga jadi pahala berlipat baginya. Tapi bila salah, semoga dia juga ditunjukkan jalan yang benar. Jangan lupa doakan untuk kebahagiaannya.
- ketika ada temen posting ttg keluarganya, ga usah nyinyir n baper sambil manyun bilang "pamer keluarga dan anak yg lucu2". Doakan saja agar selalu samara, anaknya jadi sholih dan sholihah.
- ketika ada temen dagang melulu di fb, jangan nyinyir "dagang mulu, masih kurang apa penghasilan segambreng?" Doakan saja dagangannya laris, jadi bisa bagi2 barang dagangan. Sukur2 bisa jajan tuh di lapak temen. Iya ga sis bro? Eh...ini mah ekeu...
- ketika apa lagi ya? Sssttt..... Ketika ada postingan apapun, upayakan kata2 balasan kita tidak menyakiti hatinya. Tapi sebaliknya, upayakan balasan kata2 yang membahagiakan.
INI PASTI..... doa kita untuk temen kita, akan diaaminkan malaikat selangit seraya kita pun didoakan oleh malaikat.....
INSYAA ALLAH....rejeki segera merapat.... cuss.....

Selasa, 15 Desember 2015

Joyride To Rangkasbitung

     Hari Minggu yang lalu, Ibu dan Zaki pergi ke Rangkasbitung naik KA lokal Ekonomi. Berangkat ke Rangkasbitung naik KRL dari stasiun Cilebut ke Mangarai, dari Mangarai ke Duri. Tiba di Duri keluar gate out untuk beli tiket ke Rangkasbitung, harganya hanya RP 5.000,- saja. Pas banget ada KA Lokal Rangkasbitung, KA Lokal itu berangkat dari Angke. Aku bilang pada satpam stasiun Duri, pak, ini tempat duduknya bebas ya, kata satpam stasiun Duri, ya mbak. Tujuan KA Lokal itu ANGKE-RANGKASBITUNG, KA Lokal sudah mau berangkat, Ibu dan Zaki nyari tempat duduk di bagian gerbong 2, Ibu dan Zaki pun capek nyari tempat duduk, untung ada yang masih kosong pada tempat duduk, Aku haus gara-gara ACnya mampet, Zaki tidur di tempat duduk, ada ibu di tengah, Aku di jebakkin ibu, pukul 10.00 sudah tiba di rangkasbitung



         Ibu cepet-cepet ambil foto di rangkasbitung dan mengambil tiket, ternyata ibu salah beli tiket, ibu bilang, mas,parung panjang 2 orang, ibu maklum pada loket itu, kereta berangkat lagi sebelum adzan dzuhur, Ibu dan zaki turun di maja aja dari pada parung panjang, ibu juga maklum, akhirnya turun di maja, krl belum datang tujuan tanah abang, ibu dan zaki pun terasa haus, lapar, capek, dan gerah di kereta, kereta pun masih kosong ada tabrakan metro mini dan krl di perlintasan angke dekat S 35 (semboyan 35), di maja ada krl tujuan tanah abang, untung dapet tempat duduk prioritas antara 1 gerbong

            krl pun sudah tiba di maja, aku tidur di pinggir gerbong sambungan sebelum kereta berangkat, sudah 3 jam mau berangkat, aku terbangun untuk berdiri di pintu otomatis lihat pemandangan, ada penumpang yang naik krl, aku mempet ke pinggir ke tanah abang

        tiba di serpong ada antrian ke rawa buntu, akhirnya tiba di tanah abang, pukul 15.00 untuk ke mangarai transit ke bogor, ternyata lapar gara-gara sate kambing ke pondok cina 
                                                    

Kamis, 22 Oktober 2015

Joyride To Stasiun Nambo




    Hari senin yang lalu yaitu HUT REPUBLIK INDONESIA KE-70/Hari kemerdekaan Indonesia, setelah ibu upacara dikantor naik bus tingkat tidak ada, lebih baik ke nambo naik kereta dari juanda s/d depok ibu itu bilang Pak, yang kereta ke nambo itu dimana, kata security itu sudah di UI (universitas Indonesia). Di depok, Zaki makan terlebih dahulu. Keretanya EH masih belum datang yang ke nambo ternyata sudah di pondok cina, Zaki mau video kereta di depok baterai ibu sudah mau habis, Zaki mau ganti-ganti Hpnya, biarin aja kalau habis, kereta yang ke nambo sudah datang, Zaki perhatikan jalur 4 didatangkan krl ke nambo, Zaki dan Aku segera naik kereta, sebelum kereta pintu dibuka, WEDEW ada orang laki-laki digerbong wanita itu, sudah di stasiun citayam antrian kereta, kereta itu KA 1172, kereta itu berangkat dari stasiun citayam. 150 KM masuk stasiun akhir nambo, Zaki dan Ibu naik kereta Cuma setengah jam.


Gimana, cerita Zaki seru kan? Ceritanya, Zaki sedang belajar menulis, kawans…. Doakan ya semoga ke depannya Zaki  bisa menulis dengan lancar. Untuk cerita versi Ibu, ada dibawah ini…..Yuk, cekidot…

Senin, 17 Agustus 2015, tepat 70 tahun Indonesia merdeka. Untuk pertama kalinya sejak di Kantor Pusat, Ibu Zaki terpilih untuk mengikuti upacara kemerdekaan di Lapangan Banteng. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Zaki untuk ikut meramaikan suasana kemerdekaan di kereta Commuter Line. Dengan antusiasnya, Zaki dan Ibu berangkat ke Jakarta. Suasana ultah kemerdekaan sudah terasa sejak di dalam KRL. Beberapa gerbong dihiasi dengan gambar-gambar bertema kemerdekaan, seperti di gambar samping ini. Di gambar buku di lantai itu tertulis naskah Proklamasi. Wah…keren deh. Pagi itu suasana KRL seger karena berlantai hijau rumput dan melongponggggg….

Singkat cerita, Ibu bersama peserta yang lain upacara hingga selesai. Hari itu kita banyak rencana sebenarnya. Kita akan keliling Jakarta dengan menggunakan City Tour, bus tingkat gratis, lalu berhenti di tempat-tempat yang sedang menyelenggarakan lomba-lomba. Kita mau nonton suasana lomba di Jakarta ceritanya. Namun apa daya…..menjelang detik-detik Proklamasi, jalan seputaran Istana Negara ditutup, otomoatis bus City Tour tidak beroperasi karena itu trayek mereka. Akhirnya rencana untuk menikmati Jakarta gagal total. Tapi…Ibu tidak kehabisan akal. Supaya Zaki tidak kecewa, Ibu punya cara afdhol untuk menyenangkan Zaki dan menguntungkan Ibu juga. Hahahaha…Ibu ajak Zaki ke Stasiun Nambo menggunakan KRL jurusan Duri-Nambo yang melintas di Manggarai. Meskipun sudah berpuluh kali naik ke Stasiun Nambo, Zaki tetap aja senang. Dan Ibu juga senang karena tidak pergi jauh-jauh dari rumah. Hehehe….Jadi bisa pulang cepet, maklum…kan kasian Bapak ditinggal sendirian di rumah. #EdisiBapakYangGakUpacara

Well…tidak ada ojeg menuju Stasiun Juanda. Kita jalan kaki ajah. Stasiun Juanda mulai ramai penumpang. Ternyata di hari itu, PT KAI mengeluarkan pengumuman bahwa beberapa perjalanan jarak dekat seperti Commuter Line dan KA Lokal digratiskan sejak jam 7 pagi tadi. Wahhhhhh…….pantesan ramai. Pagi tadi kita masih bayar karena belum jam 7.  Pagi itu kita melawan arus aja deh, yang ramai pasti dari Bogor ke Jakarta. Karena Ibu udah bosen tiap hari berdesak-desakan, maka nyari perjalanan yang aman aja.

KRL Duri-Nambo melaju melewati stasiun-stasiun yang sama dengan KRL Bogor. Perpisahan antara KRL Nambo dan KRL Bogor adalah di Stasiun Citayam. Oleh karena itu, dari Stasiun Juanda kita cukup naik KRL Bogor sampai Citayam saja, atau naik KRL Depok. Ternyata yang datang KRL Depok, yowis kita naik…nanti di Depok kita transit dan naik KRL Nambo. Perjalanan kali itu aman-aman saja. Sampai di Stasiun Depok, belum ada tanda-tanda KRL Nambo akan datang, lalu Zaki dan Ibu harus makan siang dulu.


Pukul 12.30 KRL Nambo tiba di Stasiun Depok. Kita segera naik. KRL melaju melewati Stasiun Citayam. Dari Stasiun Citayam, KRL akan mengambil jalur ke arah kiri, sedangkan arah kanan itu menuju Bogor. Sepanjang perjalanan ke Nambo, kita akan melewati Lapas Pondok Rajeg, Stasiun lama Pondok Rajeg (lewat terus), Stasiun Cibinong, Jalan Tol Jagorawi, Stasiun lama Gunung Putri   (lewat terus) dan akhirnya Pabrik Semen Cibinong di daerah Nambo. Ternyata, jalur ke Nambo ini sudah biasa digunakan oleh KLB (Kereta Luar Biasa) untuk mengangkut semen-semen dari Pabrik Semen Cibinong. Jalur ini mulai digunakan untuk Commuter Line belum lama, sekitar sejak setahun yang lalu mungkin. Sepanjang perjalanan kita harus hati-hati dan menjauhi jendela yang tidak ada tirainya, karena masih ada anak-anak iseng yang suka melempari KRL dengan batu. Entah apa motif anak-anak ini, mungkin lucu aja kali ya ada KRL yang melintas, biasanya kan cuma kereta tanpa gerbong yang lewat kesana.

Disamping pemandangan indah yang kita temui, di beberapa daerah, jalur ini merupakan jalur sampah. Banyak penduduk yang memanfaatkan tanah rel kereta menjadi TPA (tempat pembuangan akhir) sampah. Sangat disayangkan sebenarnya, dari kesadaran masyarakatnya kelihatan sekali kalo kita ini sebenarnya negara belum berkembang (dalam hal sampah). Suka sedih kalo lagi jalan2 di kota Bogor, berhenti di halte, ada orang yang membuang sampah di tempat dia berdiri, padahal di pinggir dia itu tempat sampah. Kadang sebagai orang dewasa suka bingung apa yang harus dilakukan. Mending menjadi Zaki aja deh, gak bingung-bingung, dia bisa menegur orang tanpa rasa bersalah. Orang juga maklum dan malu karena Zaki anak-anak. J sekian dulu tentang sampah.

Pabrik Semen Cibinong
Kembali ke KRL Nambo, perjalanan dari Citayam ke Nambo ditempuh dengan waktu 30 menit saja. KRL hanya berhenti di Stasiun Cibinong. Katanya, Stasiun Cibinong ini dekat dengan flyover  Cibinong. Lumayan juga kan cepet, buat orang Citayam yang mau shopping ke Pasar Cibinong. Lalu, sebelum sampai ke Nambo, kita akan melewati Pabrik Semen Cibinong. Pabriknya guedeeee…bingit dan gersang.



Akhirnya…tibalah kita di Stasiun Nambo. Karena kita menggunakan kartu multi trip, kita bisa menunggu di dalam kereta aja sebelum keretanya berangkat lagi. Tapi bagi yang menggunakan single trip, harus nge-tap dulu yah….  KRL akan istirahat selama 20 menit di Stasiun Nambo.Zaki dan Ibu akan kembali ke Stasiun Citayam untuk transit dan pulang ke Bogor lagi. Bapak sudah menunggu…….


Sampai jumpa di cerita kereta selanjutnya…..

Kamis, 20 Agustus 2015

Kompetisi Robotik Pertamaku

Zaki, 10 tahun

"Yesss....Alhamdulillah, akhirnya aku dapat medali, Ibu...

Itulah ekspresi kegembiraan Zaki sesaat setelah menerima Bravery Medal pada kompetisi Robotic yang diadakan oleh CK (CreativKids). Hari Minggu yang lalu, tanggal 16 Agustus 2015 diselenggarakan National Competition "Robot Explorers" di Hotel Aryaduta Lippo Karawaci Tangerang. Penyelenggaranya adalah sekolah robotik CreativKids. Peserta datang dari berbagai kota di Indonesia dimana sekolah tersebut berada.

Ini adalah kompetisi pertama Zaki, jadi rasanya Bapak dan Ibu Zaki turut semangat mengantar Zaki kompetisi. Saking semangatnya, Bogor-Tangerang hanya ditempuh dalam waktu satu jam saja, Kami pun kepagian tiba di lokasi. Hehe...acara jam 8, sedangkan kita tiba jam 7. Masih banyak waktu untuk sarapan  dan jalan kaki menikmati segarnya boulevard Lippo Karawaci di waktu pagi.


Pukul 8 kita ke area kompetisi melakukan registrasi ulang. Kami disambut oleh Miss dan Mister Panitia yang ramah. Disana sudah ada stand yang menyajikan makanan khas daerah masing-masing, meja-meja untuk lomba, panggung meriah, dan sudah ada robot-robot lego yang dirancang oleh murid-murid CreativKids dengan tema Pearl Explorer. Mereka adalah robot penambang emas, robot penambang batu akik (hihihi...kreatif juga nih idenya), robot penyedot minyak bumi, dan lain-lain. Pesertanya masih usia SD-SMA, salut banget deh ngelihatnya......
Setelah sambutan dan lain-lain, akhirnya tiba waktunya lomba. Zaki ikut lomba di kelas Construction dengan membuat Climbing Car. Pesertanya lumayan banyak, sekitar 40 orang dibagi dua sesi. Setiap peserta diberikan satu box lego yang disediakan oleh Panitia. Begitu gong berbunyi....anak-anak langsung konsentrasi dengan legonya. Kami para orangtua boleh melihat dari sepanjang koridor yang disediakan.

Tiga puluh menit berlalu, sudah ada yang bisa menyelesaikan proyeknya dan langsung melakukan trial di papan climbing. Dari jauh, Ibu dan Bapak Zaki memperhatikan Zaki. Dari awal, Zaki hanya melihat-lihat lego didepannya. Sesekali garuk-garuk kepala, persis kayak ibunya kalo lagi bingung. Hahaha.... Ibu mulai keringetan, Bapak mulai gelisah. Ada apa dengan Zaki yah? Mungkin ini yang pernah dialami ortu-ortu lain jika anaknya sedang lomba. Kalo posisi anaknya dekat, ortu yang gelisah akan cerewet ngasih arahan (padahal itu malah bikin anak tambah ga konsen). Untung posisi duduk Zaki jauh dari tempat ortu, jadi kita masih bisa tahan ga teriak2 ke anak. Kalo inget kejadian ini suka ketawa sendiri. Yang stress malah emaknya, Zakinya mah santai-santai aja.

Beberapa menit kemudian, Zaki mulai merakit dengan pedenya. Dalam waktu singkat, dia berhasil membuat Climbing Carnya sendiri. Alhamdulillah.....Ibu Zaki mencolek-colek Bapak sambil kegirangan. "Pak...jadi Pak,,," hihihihi...Ibu Zaki norak deh. Zaki mulai maju mencoba di papan climbing. Mobilnya bisa naik tapi kemudian menjungkal di tengah jalan....perbaiki lagi...coba lagi...
Tiba sesi penilaian, masing-masing anak memperagakan proyeknya di papan climbing. Ada yang berhasil sampai finish, ada yang tidak, bahkan ada yang proyeknya belum selesai. Meskipun demikian, setiap anak dikalungi medali keberanian "Bravery Medal" atas keberaniannya ikut kompetisi. Adapun Zaki, meskipun mobilnya terjungkal di tengah jalan, dia tetap bilang "Yessss...."sambil ketawa ga ada beban. Dia makin senang ketika dikalungi medali oleh Judge-nya.
Itulah cerita kompetisi pertama Zaki. Ceritanya.....dengan mengikuti kompetisi, Ibu berharap Zaki akan banyak belajar dan selalu percaya diri dengan kemampuannya. Tapi...setelah mengalami lomba ini, sepertinya yang harus banyak belajar untuk percaya diri adalah orang tuanya yah...Hehehe...jadi malu.

Perkenalan Zaki dengan robot-robot lego ini berawal dari Sekolah Kreativa yang mengadakan ekskul robotik untuk siswanya. Sempat pernah ikut robotik di kelas 1, tapi karena terkendala mobil jemputan, akhirnya Zaki gak ikut ekskul apapun di sekolah. Rupanya Zaki sangat terkesan dengan robot-robot lego. Dia yang biasanya tidak nyaman dengan mainan yang bisa bergerak-gerak, dengan robot lego justru sebaliknya. Walaupun robot lego bergerak kesana kemari, Zaki senang sekali bermain. Akhirnya Zaki diikutkan kursus di CreativKids yang lokasinya tidak jauh dari rumah.

Untuk temans yang belum tahu ada kursus robotik, mungkin tulisan ini sedikit membantu.
Jangan dulu dibayangkan bahwa murid-murid kelas robotik ini adalah anak-anak dengan IQ tinggi, hebat dalam fisika, introvert, berkaca mata tebal dan mereka membuat robot super secanggih Transformers. Jika membayangkannya seperti itu, maka tidak semua anak bisa ikut kelas robotik. Di kelas robotik, pertama kali yang diajarkan adalah membangun kreatifitas dari lego. Yah, lego yang bentuknya kotak-kotak berbintil-bintil itu.... hehehe... Jadi, jika anaknya senang bermain dengan balok dan lego, jika diberi kursus robotik, pasti nyambung. Yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah anak lebih kreatif karena bisa membuat sesuatu sesuai imajinasinya sendiri. Nah, untuk kreatif ini kan tidak harus hebat dalam fisika. Kegiatan ini akan  memberi stimulasi terhadap motorik halus anak.
Tahap selanjutnya setelah tahap Creativity adalah Construction, yaitu membuat alat yang digunakan sehari-hari sampai alat itu berfungsi, misal mobil, kipas angin dan lain-lain. Bahan yang digunakan juga dari lego. Tahap berikutnya baru Robotic yaitu membuat robot lego yang lebih rumit, seperti miniatur robot untuk pertambangan. 

Nah, sudah terbayang kan? Jika dulu, kita harus jago fisika dulu untuk membuat robot, sekarang dibalik, bisa membuat bentuk robot dulu, baru  ilmu fisikanya dipelajari sambil jalan. Itulah Learning By Doing. 

Oiya, bagi yang penasaran dengan biaya, jangan khawatir...Rata-rata sekolah robotik perlu biaya Rp300.000,00 per bulan untuk empat kali pertemuan. Sama kan dengan les-les yang lain. Hanya sayang....belum di setiap kota ada sekolah robotiknya. Beruntunglah yang tinggal di kota-kota besar, mereka bisa memilih sekolah robotik sesuai kebutuhannya. Temans bisa searching di Mbah Google dengan tag "sekolah robotik (nama kota)". 
Oke temans...sekian dulu info tentang sekolah robotik. Semoga bermanfaat. 

Selasa, 11 Agustus 2015

Sepanjang Jalan Kereta........



Ibu, nanti ibu dipecat yah dari pekerjaannya!!

Itulah sepenggal kalimat ancaman yang dilontarkan Zaki jika sedang kesal karena ketinggalan KRL Citayam Nambo. Kalau sudah begini, ibunya hanya bisa diam dan berharap Zaki bisa mengalihkan percakapannya ke obyek kereta yang lain.

Zaki, anakku 10 tahun. Cita-citanya sungguh mulia, menjadi masinis, supirnya ular besi yang bisa mengangkut ribuan orang dalam sekali perjalanan. Keinginannya menjadi masinis membawanya bertekad untuk bisa melanjutkan sekolah perkeretaapian, gak tanggung-tanggung ia ingin sekolah di Madiun dan kuliah di Jepang atau di Belgia. Kecintaannya kepada kereta api berawal dari perkenalannya dengan KRL di kelas TK dan berlanjut dengan hobi ibunya ngajak jalan-jalan yang salah satunya dengan naik KRL. Kecintaanya makin bertambah setelah mendapat reward atas perilakunya yang baik berupa majalah KA setiap bulan. Setiap bulan tanggal 10 dia pasti mengingatkan ibu atau bapanya untuk membeli majalah KA.

Zaki 7 tahun hobinya jalan-jalan sepanjang gerbong. Dari gerbong 1 sampai gerbong 8 disikat habis, kadang-kadang 1 rit alias bolak balik.  Sebagai ibu yang baik, aku ikuti kemanapun kaki Zaki melangkah. Gak peduli dengan tatapan penumpang yang lain, yang mungkin bertanya-tanya dalam hati, knapa ibu anak ini bolak balik aja kayak setrikaan. Hehe.... Pada usia itu, memang Zaki lagi senang-senangnya bergerak, jalan kesana kemari ga ada capenya. Gak kenal kata low batt. Dan....waktu pun bergerak cepat. Zaki 10 tahun sudah tidak jalan sepanjang rangkaian kereta. Zaki sudah menikmati perjalanan KRL dengan lebih  tenang, hanya tetap aja ciri khasnya ada, yaitu dia gak mau duduk di kursi. Dia menikmati perjalanan dengan cara berdiri menatap pemandangan dari pintu otomatis. Zakiku emang unik. Hehhee....

Sekarang, hampir tiap minggu Zaki bertanya, apa yang akan dilakukan hari Sabtu atau Minggu. Kalo aku bilang “di rumah aja”, dia akan bilang “ah, ibu mah jahaaat” dengan logat manja. Sebenarnya aku udah tahu, dia pasti berharap dapat bonus jalan-jalan naik kereta api atau KRL. Dan aku pun nggak pelit untuk menyisakan waktu untuk buah hatiku itu setiap akhir pekan. Its quality time for us. Jadi kalo kita nggak suka ajak-ajak yang lain, maap-maap yah......

Cerita ini adalah tentang perjalanan Zaki mengeksplor stasiun-stasiun di  luar jabodetabek. Belum  begitu banyak sih karena waktunya juga hanya Sabtu Minggu, jadi kita cari kereta yang dekat-dekat aja. 

        1.   Stasiun Cianjur
       
       Perjalanan ke Cianjur kali ini menggunakan kereta api relasi Bogor – Sukabumi – Cianjur. Berangkat dari Stasiun Bogor Paledang pukul 07.55 pagi. Untuk bisa naik kereta api jurusan Cianjur ini kita tidak bisa beli tiket mendadak jika berangkat di hari Sabtu dan Minggu. Di depan tiket pasti ditolak mentah-mentah karena sehari sebelumnya tiket sudah terjual habis. Memang peminatnya banyak mengingat jika perjalanan ditempuh dengan mobil saja bisa memakan waktu 4-5 jam dengan macet-macetnya. Tapi jika ditempuh dengan kereta api hanya memakan waktu 2 jam untuk sampai ke Sukabumi dan 3 jam lebih untuk sampai ke Cianjur. Makanya tidak heran, pada hari H tiket selalu habis terjual.

           Kereta api yang melintasi jalur ini adalah KA Pangrango dan KA Siliwangi. Dalam satu rangkaian ada kelas Bisnis dan Kelas Ekonomi. Waktu itu, dengan harga Rp 20.000,- kita sudah bisa naik di kelas ekonomi menuju Sukabumi. Sedangkan kelas ekonomi menuju Cianjur ditarif Rp40.000,- Sebenarnya Sukabumi-Cianjur kan ga terlalu jauh yah, tapi kenapa tarifnya disamakan? Jadi kesannya ke Cianjur  itu lebih eksklusif. Bisa jadi sih alasannya karena peminat jurusan Cianjur sangat sedikit, sedangkan biaya perjalanan juga memakan biaya yang tidak sedikit, makanya ditentukan tarif yang lumayan mahal. Memang kalo sudah sampai di Stasiun Sukabumi, jumlah penumpang  menurun drastis. Bisa-bisa satu gerbong hanya diisi oleh satu orang saja, pokoknya serasa kereta carteran deh.  Oya, denger-denger seiring dengan kenaikan tarif Commuter Line, tarif kereta api jurusan ini ikut naik juga dari Rp20.000,- menjadi Rp35.000,-


Jalur Bogor-Cianjur didominasi oleh pemandangan yang indah. Hutan, gunung, sawah, dan ada terowongan Lampegan yang kabarnya merupakan terowongan tertua di Indonesia dan memiliki panjang 686 m. Suatu hari, Zaki dan Ibu pengen berhenti di Stasiun Lampegan, hanya ingin berfoto di depan terowongan tua itu. Hehehe.... Kalo temans mau melewati terowongan ini, harus punya tiket sampai Cianjur yah....soalnya lokasinya berada di jalur Sukabumi-Cianjur.

Perjalanan berakhir di Stasiun Cianjur. Kami tiba di Cianjur pukul 11.40 WIB. Karena tidak ada tujuan lain, Zaki dan Ibu sudah membeli tiket balik sejak di Bogor tadi. Kami harus menunggu dua jam sebelum kereta berangkat lagi. Masih cukup waktu untuk sholat dan nyari makan siang. Jam 13.50 WIB kita capcus lagi ke Bogor melewati pemandangan yang sama dan menyenangkan.



Jadwal kereta ini bisa dilihat di http://keretaapikita.com/jadwal-kereta-api-pangrango-dan-siliwangi/


      2.  Stasiun Purwakarta

         Kereta api yang melayani relasi Jakarta-Purwakarta disebut KA Lokal. Dengan hanya ada kelas ekonomi, KA Lokal ini termasuk yang paling murah untuk perjalanan jarak jauh. Gimana nggak murah, dari Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Purwakarta cukup merogoh kocek Rp6.000,- saja. Murah bingits.... Ketika tarif kereta yang lain mengalami kenaikan, KA Lokal istiqomah dengan tarif enam rebunya. Hm....Zaki dan Ibu ga sabar pengen menjajal KA Lokal ini. Pengen lihat tumpukan kereta bekas di Stasiun Purwakarta.
KA Lokal menuju Purwakarta hanya tersedia di Stasiun Jakarta Kota. Waktu itu kita ambil jadwal keberangkatan pukul 10.15 pagi. Antrian di loket tidak terlalu panjang. Tinggal menyebutkan jumlah penumpang, bayar, tiket sudah di tangan, gak perlu menyertakan KTP lagi. Mudah banget deh.
        Kereta sudah datang.... Zaki dan Ibu naik gerbong. Duduk di KA Lokal tidak ditentukan, bebas mau duduk dimana aja. Ceritanya kita pengen di gerbong paling belakang supaya bisa melihat pemandangan keseluruhan. Tapi ternyata, gerbong belakang diisi gerbong yang ada mesinnya, udah berisik, ga ada pemandangan lagi. hihihi....tapi biarpun berisik, Zaki betah lho di gerbong ini. Berkali-kali kuajak pindah, tetep gak mau.  KA Lokal ini tidak senyaman kereta ekonomi yang lain. AC ada, tapi puanasnya...minta ampun. Setara dengan harga tiketnya yang murah, mungkin AC di KA Lokal ini tidak dipernah ditambah freon. Mandi keringat....nikmati sajalah....
         Tiba di Stasiun Purwakarta pukul 12.43 WIB. Dan seperti biasa, tiket pulang sudah siap. Turun dari kereta, kita cepet-cepet ambil spot untuk ambil gambar. Terpesona dengan tumpukan gerbong-gerbong yang ditumpuk sampai tiga tingkat, spot yang bagus untuk berfoto. Tapi lagi asik-asik foto, ditegur oleh satpam....katanya ga boleh ambil foto disini. Lho, kenapa? Harus ijin pimpinan dulu katanya. Hm....peraturan yang aneh. Beberapa anak muda yang berfoto juga ditegur sama satpam. Pak satpam pun dengan sabar meladeni pertanyaan kita yang terheran-heran dengan peraturan yang lain dari yang lain ini. Okedeh...akhirnya kita keluar untuk mencari makan siang. Untungnya diluar stasiun masih bisa foto, tuh di bawah patungnya Gatotkaca. Hehehe....
Kereta akan berangkat lagi menuju Jakarta Kota pukul 13.40 WIB.  Dan kita pun pulang berpanas-panasan lagi.  Aku kecewa karena ga bisa berfoto di tumpukan gerbong. Tapi Zaki tidak pernah ada kata kecewa, yang penting pernah naik KA Lokal dia sudah hepi. Eh, tapi setelah kereta jalan lagi, aku sempet mencuri ambil gambar dari dalam kereta. Klik, dapet foto gerbong rusaknya......yesss.... Setelah itu, aku ditegur oleh Zaki. Katanya, Ibu, kan gak boleh moto kereta  gerbong  rusak itu, kata Pak Satpam. Ibu Zaki pun nyengir.....



          3.   Stasiun Tugu Yogyakarta

Berkunjung ke Stasiun Tugu Yogyakarta ini adalah inisiatif Zaki, dimana di salah satu edisi Majalah KA, ada pintu perlintasan yang digeser otomatis. Zaki penasaran, ceritanya.  Nah, kebetulan sekali lebaran 2015 kemarin kita mudik ke Klaten. Ibu Zaki yang ikut penasaran punya rencana seru, yaitu jalan-jalan ke Yogya naik KA Lokal Prameks dari Stasiun Klaten sampai Stasiun Tugu Yogyakarta. Di hari Minggu kita berangkat. Ternyata KA Lokal Prameks ini juga murah bingits lho, Cuma Rp8.000,- aja, melayani relasi Stasiun Solo Balapan-Yogyakarta.  Peminatnya juga banyak, apalagi kalo musim liburan begini. Saking ramenya, kita harus nunggu tiga jam untuk naik KA Lokal Prameks berikutnya.
            KA Lokal Prameks hanya terdiri dari empat gerbong saja. Didalamnya seperti Commuter Line, banyak penumpang yang berdiri, tapi ga terlalu berdesak-desakan dan masih bisa bernafas lega dan duduk di lantai. Jadwalnya juga banyak,  setengah jam sekali.  Jarak tempuh dari Stasiun Klaten ke Stasiun Yogyakarta hanya perlu waktu setengah jam saja, cepet banget kan. Akhirnya kita turun di Stasiun Tugu Yogakarta. Kondisi Stasiun Tugu rame banget. Lokasinya strategis dan dekat dengan Jl. Malioboro, tempat tujuan wisata utama Yogyakarta. Rasanya belum ke Yogya kalo nggak mampir di Malioboro.
  
          Zaki sudah ga sabar pengen lihat pintu geser otomatis. Kalo Ibu udah ga sabar pengen shopping dan  makan di Malioboro. Dari pintu keluar stasiun, kita bisa berjalan kaki selama 10 menit menuju pintu geser otomatis. Letaknya persis di seberang ujung jalan Malioboro. Zaki kelihatan senang dan bersemangat. Dia langsung mengabadikan momen gesernya dan datangnya kereta api. Ibu yang dari tadi sudah pengen makan dan jalan-jalan nggak dihiraukan oleh Zaki. Keinginan Zaki semula yang pengen menikmati nasi angkringan asli di Yogya juga terlupakan. Dia lebih memilih ngetem di pintu geser.
         Liburan ke Yogya akhirnya hanya sampai di pintu geser dan beberapa blok toko di Malioboro saja. Ketika akan pulang lagi ke Klaten, kita harus ngantri dari jam 5 sore untuk mendapatkan tiket jam 8.30 malam.  Ibu lupa, harusnya begitu turun langsung beli tiket pulang. Dan…setelah ngantri lama, tiket juga kehabisan. Huuuuuu….ratusan calon penumpang kecewa. Untungnya, Yogya-Klaten masih bisa ditempuh dengan bis. Bis Trans Yogya yang melewati Jl. Malioboro ternyata ada rute Candi Prambanan. Yowislah…. Kita akhirnya naik Trans Yogya. Murah bingittttsss, tiketnya Cuma Rp3.500,- aja, ngantrinya cuma sebentar. Di Prambanan, Bapake sudah menunggu.


 Untuk melihat jadwal KA Lokal, silakan lihat di http://keretaapikita.com/jadwal-ka-prameks/

Oke Temans.....sampai disini dulu yah cerita jalan-jalannya.....next time disambung lagi dengan stasiun yang lain....



Rabu, 15 Juli 2015

Dalamnya Puisi Soe Hok Gie

Posting ini merupakan repost dari blog multiply-ku yang sudah almarhum. Setelah di-googling berdasarkan tag "kaki-kakiku kaku", ternyata ada beberapa blogger yang sudah mengutip postingan ini. Alhamdulillah, ga usah mikir-mikir lagi untuk mencari kata-kata. Lets cekidot....


Mandalawangi - Pangrango


Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya "tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
'terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966



Puisi ini memberiku inspirasi untuk mulai mencintai gunung. Aku gak tahu tepatnya kapan aku temukan puisi ini. Lupa. Yang aku ingat, sejak tahu puisi ini dibuat oleh Soe Hok Gie, aku mulai tertarik dengan pembuatnya. Dan tertarik juga untuk menyambangi Mandalawangi. Pengen tahu sehebat apa pesonanya sampai-sampai Gie mengidolakan tempat itu.

Bersyukur, aku gak perlu jauh-jauh cari info. Teh Dian, temanku waktu di Bandung, meminjamkan buku antiknya berjudul CATATAN SEORANG DEMONSTRAN (CSD). Kusebut antik karena warna kertasnya yang udah kuning kecoklatan dan jahitannya yang udah gak utuh lagi menampakkan kalo buku itu sudah berumur. Mungkin karena itu aku tidak menemukan puisi Mandalawangi-Pangrango dalam buku CSD, karena ada beberapa halaman yang hilang.


Soe Hok Gie, lahir di Jakarta 17 Desember 1942, seorang mahasiswa UI tahun '66 yang juga aktivis dan banyak menyuarakan tentang HAM dan tentang semua ketidakadilan yang terjadi di masa itu. Orangnya idealis, berani dan gigih. Dia mengobarkan pemikiran dan sikapnya melalui tulisan, dalam mimbar diskusi, rapat senat mahasiswa sampai berdiri di barisan terdepan dalam demonstrasi menentang rezim Soekarno. Dia juga tergabung dalam Mapala UI. Alun-alun Mandalawangi di gunung Pangrango adalah tempat favoritnya. Dia meninggal di gunung Semeru bersama seorang kawannya akibat menghirup gas beracun yang menghembus dari kawah Mahameru, tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27. Pada tahun 1975, makamnya dibongkar dan tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango. 


Cita-cita Soe Hok Gie untuk mati di tengah alam betul-betul kesampaian. Cocok dengan ungkapan dari puisi Yunani yang suka dikutipnya; "Nasib terbaik adalah tak dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda."

Soe Hok Gie memang mati muda. Tapi semangatnya tetap hidup dan memberi inspirasi pada banyak orang. Sampai saat ini, puisi Mandalawangi-Pangrango menjadi puisi wajib bagi para pendaki gunung.